Taman Nasional Kerinci Seblat – Sejarah, Kondisi Alam, Tumbuhan Fauna & Rekreasi
Taman Nasional Kerinci Seblat yang disingkat TNKS yakni salah satu taman nasional di Pulau Sumatera. Kawasan ini ialah taman nasional terluas di Sumatera, daerahnya mencakup empat provinsi dengan total luas 1.375.349,867 hektar.
Sebagai adonan dari berbagai wilayah konservasi, ada banyak jenis satwa dan tanaman yang hidup di tempat ini. Hal tersebut didukung dengan keadaan alam TN Kerinci Seblat yang masih alami.
Sejarah Taman Nasional Kerinci Seblat
Kerinci Seblat ialah tempat taman nasional terbesar di Pulau Sumatera. Taman nasional ini mencakup empat provinsi dengan sejarah yang cukup panjang. Hal ini sesuai dengan banyaknya wilayah yang meliputi tempat ini.
Pada mulanya, kawasan ini meliputi beberapa cagar alam mirip Cagar Alam Gunung Idrapura, Cagar Alam Bukit Tapan, dan Cagar Alam Danau Gunung Tujuh. Juga mencakup beberapa Suaka Margasatwa, ialah Suaka Margasatwa Bukit Gedang Seblat, Suaka Margasatwa Rawas Hulu Lakitan, Suaka Margasatwa Sangir Ulu, dan Suaka Margasatwa Bukit Kayu Embun.
Selain itu, ada pula beberapa Hutan Lindung di antaranya adalah Hutan Lindung Bukit Regis, Hutan Lindung Kambang, Hutan Lindung Bajang Air Tarusan Utara, Hutan Lindung Batang Maringin Barat, Hutan Lindung Batang Maringin Timur, Hutan Lindung Gunung Sumbing, Hutan Lindung Sangir Ulu, Hutan Lindung Bukit Gedang Seblat, dan Hutan Produksi Terbatas.
Pada tahun 1921 dikala periode penjajahan, pemerintah Belanda mengeluarkan pernyataan bahwa hutan yang berada di tempat Bayang, Kambang, Sangir I, Batanghari I, serta Jujugan berstatus sebagai daerah Hutan Lindung.
Selanjutnya pada tahun 1926 tempat hutan yang berada di Batang Tebo, Batang Tabir, dan Sungai Ulu juga memperoleh status yang sama dengan beberapa hutan pada tahun 1921, ialah sebagai kawasan Hutan Lindung.
Status daerah di empat provinsi Sumatera terus meningkat seiring berjalannya waktu. Pada tahun 1929, giliran Gunung Indrapura yang menjadi Cagar Alam dan kemudian pada tahun 1978 kawasan Bukit Tapan juga berstatus selaku Cagar Alam.
Setahun setelah itu bab Rawas Hulu Lakitan menjadi Suaka Margasatwa Rawa Hulu Lakitan pada tahun 1979. Kemudian pada tahun 1980 wilayah Kambang kemudian juga ditetapkan sebagai Cagar Alam Kambang.
Berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982, bahwa seluruh kawasan yang sudah disebutkan sebelumnya akan digabung dan lalu berubah statusnya menjadi Taman Nasional Kerinci Seblat.
Pada tanggal 5 Januari 1996 terjadi penambahan daerah taman nasional menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 192/Kpts-II/96 bahwa daerah Gunung Nilo (2.400 m), Gunung Masurai (2.600 m), dan Gunung Sumbing (2.500 m) juga dimasukkan ke dalam Taman Nasional Kerinci Seblat sehingga luasnya bertambah menjadi 1.368.000 hektar.
Tidak lama lalu mengalami perluasan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 280/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 perihal penambahan dan penetapan kalangan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat seluas 348.125,1 hektar yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, dan Kabupaten Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.
Selanjutnya pada tahun 1999 kembali dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 46/Kpts/VII-3/1999 wacana legalisasi golongan hutan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan ke dalam golongan hutan pada Taman Nasional Kerinci Seblat.
Masih pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 14 April 1999. Melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 200/Kpts-II/1999 wacana penetapan kalangan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat di Provinsi Jambi. Dengan begitu kawasan taman nasional ini resmi membentang di antara empat provinsi Pulau Simatera.
Akhirnya pada tanggal 14 Oktober 1999 secara resmi dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 90/Kpts-II/1999 wacana penetapan status tempat Taman Nasional Kerinci Seblat yang berada di Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, dan Provinsi Bengkulu seluas 1.375.349,867 hektar.
Kondisi Alam Taman Nasional Kerinci Seblat
1. Letak dan Topografi
Letak Taman Nasional Kerinci Seblat secara administratif berada di antara empat provinsi dan lewat 139 desa. Sedangkan secara geografis kawasan ini berada pada koordinat 1°7’13’’ – 3°26’14’’ Lintang Selatan dan 100°31’18’’ – 102°44’1’’ Bujur Timur.
Luas taman nasional ini secara keseluruhan ialah 1.375 km persegi. Luas tersebut membuatnya selaku taman nasional paling besar yang ada di Pulau Sumatera. TNKS juga berada di antara gugusan Pegunungan Bukit Barisan.
Rincian daerah yang mencakup taman nasional ini ialah Provinsi Sumatera Selatan seluas 209.675 hektar yang mencakup Kabupaten Musi Rawas pada 38 desa. Taman nasional ini juga lewat Provinsi Sumatera Barat dengan luas 375.934 hektar yang mencakup Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Solok pada 39 desa.
Selain itu, ada pula Provinsi Jambi dengan luas 588.462 hektar yang meliputi Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bangko, Kabupaten Sorolangun, dan Kabupaten Kerinci pada 48 desa. Terakhir yakni Provinsi Bengkulu seluas 310.579 hektar yang meliputi Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Rejanglebong pada 34 desa.
Kondisi topografi di taman nasional ini biasanya yaitu lereng yang terjal. Kawasannya berada di ketinggian kisaran 200 hingga 3.805 meter di atas permukaan maritim. Sementara itu pada kawasan lembah utara memiliki topografi curam.
TN Kerinci Seblat juga memiliki banyak gunung dan dikenali ada sekitar 30 gunung dan bukit di kawasan ini. Beberapa diantaranya adalah Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan maritim dan merupakan gunung tertinggi yang ada di Pulau Sumatera. Selanjutnya adalah Gunung Seblat setinggi 2.383 meter, serta Gunung Tujuh setinggi 2.604 meter.
Selain itu, ada pula Gunung Nilo setingi 2.400 meter di atas permukaan bahari, Gunung Sumbing setinggi 2.500 meter di atas permukaan laut, dan Gunung Masurai setinggi 2.600 meter di atas permukaan bahari.
2. Iklim dan Hidrologi
Berdasarkan penjabaran iklim berdasarkan Schmidt dan Ferguson, Taman Nasional Kerinci Seblat termasuk ke dalam iklim tipe A. Meskipun begitu keadaan iklim di kawasan ini cukup beraneka ragam yang dipengaruhi oleh letak secara geografis dan juga sifat fisiografinya. Karakteristik dari iklim tipe A yaitu rentang waktu trend penghujan yang lebih lama dibanding isu terkini kemarau.
Hal yang serupa juga berlaku untuk curah hujan dan suhu daerah. Diketahui curah hujan rata-rata di taman nasional ini tergolong tinggi, adalah sebesar 3.086 mm setiap tahunnya. Sementara itu di pantai bab barat mengalami trend hujan yang terjadi sepanjang tahun. Sedangkan tempat di sebelah timur pegunungan berlangsung dari bulan April hingga bulan November.
Suhu rata-rata di bab lembah taman nasional ini yaitu 23 derajat celcius. Sedangkan kian tinggi tempat seperti di pegunungan suhu rata-ratanya semakin rendah bahkan pada waktu tertentu bisa meraih 7 derajat celcius hingga 0,6 derajat celcius. Penurunan suhu terus terjadi setiap peningkatan ketinggian daerah dengan kelembaban antara 80% sampai 100%.
Taman naasional ini dilalui oleh tiga tempat ajaran sungai (DAS) yang mempunyai tugas utama bagi hidrologis daerah. Ketiga sungai tersebut bahwasanya ialah sungai kecil dan mengalir ke bab tenggara serta timur tempat taman nasional yang karenanya berakhir di Sungai Batanghari dan Sungai Musi.
3. Geologi dan Tanah
Jenis tanah di Taman Nasional Kerinci Seblat pada umumnya adalah tanah aluvial yang dikenal sebagai tanah yang relatif subur. Jenis tanah ini dapat ditemui di kawasan lembah Kerinci hingga area dangkal yang tampak mirip tanah coklat asam. Tanah ini lazimnya berada pada ketinggian hingga 1.000 meter di atas permukaan bahari.
Pada kawasan lembah Kerinci juga terdapat beberapa titik dengan jenis tanah latosol dan tanah podsolik merah kuning. Tanah terus mengalami peluruhan seiring dengan kian bertambahnya ketinggian kawasan yang juga mengakibatkan podsolisasi. Hasilnya keadaan tanah menjadi condong bersifat asam dan juga bergambut.
4. Ekosistem dan Zonasi
Beberapa tipe ekosistem di Taman Nasional Kerinci Seblat ialah ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem hutan pegunungan, dan ekosistem hutan rawa. Semua ekosistem ini tersebar dengan banyak sekali jenis tanaman dan fauna yang khas.
Pengelolaan taman nasional ini juga menerapkan tata cara zonasi dengan 6 zona. Keenam zona tersebut adalah zona inti seluas 738.831 hektar, zona rimba seluas 492.35 hektar, zona pemanfaatan seluas 22.738 hektar, zona khusus seluas 15.219 hektar, zona rehabilitasi seluas 108.760 hektar, dan zona tradisional seluas 11.606 hektar.
Flora dan Fauna Taman Nasional Kerinci Seblat
Jenis hewan dan flora yang hidup dan tumbuh di Taman Nasional Kerinci Seblat sungguh dipengaruhi oleh tipe alam dan ekosistemnya. Beberapa keragaman hayati di kawasan ini juga termasuk jenis endemik, langka, dan dilindungi.
1. Flora
Sebaran tanaman di Taman Nasional Kerinci Seblat mampu dibedakan atau dikelompokkan berdasarkan tipe ekosistemnya. Ada beberapa tipe ekosistem di tempat ini yang mempunyai total paling sedikit 4.000 jenis tanaman yang berkembang.
- Flora Hujan Tropis
Pada ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah jenis tanaman yang mendominasi berasal dari golongan suku Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Leguminosae, Lauraceae, dan spesies dari suku Bombacaceae.
Selain itu ada pula vegetasi bambu, rotan, kayu cantik, flora keinginan pendaki gunung adalah edelweis (Anaphalis sp.) yang juga merupakan flora langka, banyak sekali spesies anggrek yang diketahui meraih 300 jenis, kantong semar (Nepenthes sp.) yang juga tumbuhan langka, serta beberapa bunga besar seperti Rafflesia arnoldii, Rafflesia hasseltii, dan Amorphophallus titanium.
- Flora Dataran Rendah
Pada area dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan maritim berbagai jenis flora yang memegang tugas penting berasal dari suku Dipterocarpaceae. Flora tersebut meliputi Shorea parvifolia, Koompassia malaccensis, Dipterocarpus sp., Parashorea sp., dan Dialium sp., bunga palem Arenga sp., serta bunga besar.
- Flora Pegunungan
Sementara pada ekosisitem hutan pegunungan yang berada pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut, jenis vegetasi yang mendominasinya berasal dari suku Ericaceae dan suku Lauraceae. Beberapa spesies dari kedua suku tersebut adalah Podocarpus amarus, Ficus variegate, Castanopsis sp., dan Cinnamomum parthenoxylon.
Masih pada ekosistem dengan tipe sama, tetapi pada daerah lembah dan lereng pegunungan, tanaman yang berkembang kebanyakan yakni jenis alang-alang (Impera cylindrica). Semakin menanjak topografinya maka tanaman yang mampu dijumpai ialah jenis semak belukar.
- Flora Ekosistem Rawa
Terakhir yaitu tipe ekosistem rawa yang terletak di Kabupaten Kerinci, yakni Rawa Ladeh dan Rawa Bento. Ekosistem ini berada pada ketinggian sekitar 1.950 meter di atas permukaan bahari. Luas kawasan rawa sekitar 150 hektar dan menjadi dua rawa gambut paling tinggi di Pulau Sumatera.
Vegetasi yang berkembang di kawasan rawa ini ialah berbagai jenis rumput mirip Leersia hexandra, Glochidion sp., dan Eugnia spicata, ada pula pohon pinus (Pinus merkusii), kayu pacet (Harpullia arborea), pakis sunsang (Dyera costulata), dan bunga rafflesia (Rafflesia arnoldii).
Adapun jenis tumbuhan endemik di taman nasional ini ialah bunga raflesia (Rafflesia arnoldii), serta bunga bangkai yang merupakan bunga tertinggi di dunia (Amorphophallus titanium).
2. Fauna
Tercatat ada lebih dari 139 jenis burung yang hidup di daerah taman nasional ini. Sebagian besar jenis burung tersebut ialah spesies endemik Sumatera yang membentuk habitat di taman nasional. 9 di antara kalangan aves tersebut merupakan spesies rangkong.
Sementara itu, dikenali ada kurang lebih 150 spesies mamalia dengan 30 di antaranya yang ialah golongan mamalia besar dan 6 spesies amfibi. Selanjutnya ada pula 10 spesies reptil, dan 6 spesies primata yang juga menjadi penghuni taman nasional ini.
Beberapa jenis satwa endemik taman nasional ialah badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), serta kelinci Sumatera (Nesolagus metschen).
Terdapat pula kuau kerdil Sumatera atau juga dikenal selaku karau (Otus stresemanni), tapir (Nesolagus metschen), kambing hutan (Capricornis sumatrensis), dan celepuk Kerinci (Otus stresemanni).
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan tempat yang luasnya terdiri dari empat provinsi dan memiliki keadaan bentangan alam yang bermacam-macam, sehingga ada banyak sekali obyek wisata yang dapat dikunjungi di kawasan ini.
1. Pendakian Gunung Kerinci
Seperti yang dimengerti, Gunung Kerinci yakni puncak tertinggi di Taman Nasional Kerinci Seblat. Oleh sebab itu, gunung ini juga menjadi tujuan para pendaki untuk menaklukkan puncaknya. Pendakian menuju puncak gunung ini memerlukan waktu sekitar 2 hari dengan melalui medan yang cukup berat.
Proses pendakian menuju puncak Kerinci dimulai dari Desa Kersik Tua yang lokasinya berada di areal perkebunan teh. Luas perkebunan tersebut yakni 60 km persegi dengan jarak sekitar 43 km dari arah Sungai Penuh. Ketika hingga di Sungai Penuh atau juga disebut sebagai Kersik Tua, hadirin mesti mencari pemandu mengenang keadaan medan yang sulit.
Pemandangan dari puncak Gunung Kerinci dijamin mampu mengobati letih selama perjalanan yang melelahkan dan berat. Disini para pendaki atau hadirin taman nasional dapat menikmati indahnya pemandangan taman nasional dari ketinggian.
2. Pendakian Gunung Seblat
Satu lagi gunung yang menjadi tujuan pendakian di Taman Nasional Kerinci Seblat, yaitu Gunung Seblat. Gunung ini memiliki ketinggian puncak yang meraih 2.383 meter di atas permukaan maritim. Daya tarik utama dari daerah ini ialah aneka macam keragaman hayati yang hidup dan membentuk habitat di sini.
Gunung Seblat merupakan habitat utama bagi bunga langka dan dilindungi, Flora tersebut adalah bunga Rafflesia arnoldi, serta berbagai reptil dan primata, serta ragam satwa liar lainnya.
3. Danau Kerinci
Selain Gunung Kerinci, lokasi wisata yang wajib dikunjungi di Taman Nasional Kerinci Seblat selanjutnya ialah Danau Kerinci. Danau ini berlokasi tepat di bawah kaki Gunung Raja dengan ketinggian 2.543 meter di atas permukaan bahari, serta berada di sebelah selatan dari Sungai Penuh yang jaraknya sekitar 20 km.
Menariknya, di sekeliling danau ini terdapat hutan yang menjadi kawasan paling favorit oleh aneka macam jenis burung. Pengunjung yang mampir di Danau Kerinci juga mampu berdiam diri menikmati salah satu keindahan alam sekaligus melakukan observasi burung-burung yang tampak di antara pepohonan hutan.
Tidak hanya itu, ada lagi satu hal daya tarik utama dari area di sekitar Danau Kerinci, yaitu bekas peninggalan zaman megalitikum. Peninggalan yang berupa watu tersebut dapat ditemui di beberapa desa yang ada di sekeliling kawasan danau. Usia peninggalan bersejarah tersebut diperkirakan sekitar ribuan tahun dan menjadi penunjukbahwa penduduk telah begitu usang bertempat tinggal di sini.
Ada satu watu yang paling populer di antara semua watu peninggalan tersebut, adalah Batu Gong. Batu ini bahkan dijadikan sebagai monumen yang berada di Desa Muak dengan jarak sekitar 25 km dari Sungai Penuh. Masyarakat sekitar percaya bahwa Batu Gong diukir oleh insan sekitar 2.000 tahun silam.
Selain batu zaman megalitikum tersebut, ada pula benda peninggalan zaman purba yang juga berada di sekitar Danau Kerinci. Benda tersebut adalah genderang atau tetabuhan yang diyakini selaku bekas peninggalan dari zaman besi dan tembaga.
4. Danau Gunung Tujuh
Danau Gunung Tujuh bergotong-royong ialah kawah gunung berapi pada masa lalu. Danau ini berada di puncak Gunung Tujuh dan berada pada ketinggian 1.950 meter di atas permukaan laut. Ketinggian tersebut mengakibatkan sebagai danau paling tinggi di daerah Asia Tenggara dengan panorama yang sangat indah.
Pendakian menuju Danau Gunung Tujuh membutuhkan waktu sekitar 3 setengah jam. Proses pendakian dimulai di Desa Pelompek yang lokasinya sekitar 8 km dari Desa Kersik Tua. Sebelum melaksanakan pendakian, diharapkan surat izin mendaki yang mampu dibentuk di Desa Pelompok.
5. Gua Sengering dan Gua Tiangko
Pengunjung yang ingin melakukan rekreasi lebih menantang mampu mengunjungi Gua Sengering. Gua ini berada di Desa Sengering dan lokasinya berada sekitar 9 km dari arah Sungau Manau. Letaknya sempurna di pinggir jalan raya menuju kawasan Bangko. Menariknya, gua ini adalah rumah bagi kehidupan manusia purba ribuan tahun silam.
Selain Gua Sengering, juga ada Gua Tiangko yang diketahui juga berfungsi sebagai rumah insan purba yang hidup sekitar 9.000 tahun yang lalu. Gua ini memiliki stalaktit dan stalagmit yang begitu indah dan alami.
6. Cagar Alam Bukit Tapan dan Pegunungan Indrapura
Cagar Alam Bukit Tapan dan Pegunungan Indrapura masih ialah bagian tempat dari Gunung Kerinci. Cagar alam serta pegunungan ini berada di Provinsi Jambi dan menjadi rumah untuk aneka macam jenis satwa liar serta kalangan primata. Jalur untuk meraih cagar alam ini ialah lewat Kota Padan atau Sungai Penuh.
Belum ada Komentar untuk "Taman Nasional Kerinci Seblat – Sejarah, Kondisi Alam, Tumbuhan Fauna & Rekreasi"
Posting Komentar