Taman Nasional Bunaken – Pesona Kawasan Konservasi Bahari
Taman Nasional Bunaken adalah salah satu taman nasional yang populer akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Kawasan konservasi TN Bunaken berada di bab utara Pulau Sulawesi.
Kondisi alam di kawasan ini sebagian besar yaitu perairan, sehingga jenis tanaman dan faunanya merupakan jenis yang berhabitat di air. Di taman nasional ini terdapat lima pulau utama yang menjadi andalan obyek wisata.
Sejarah Taman Nasional Bunaken
Terdapat rentetan sejarah yang cukup panjang sebelum kawasan perairan di sebelah timur Manado ini resmi menjadi Taman Nasional Bunaken. Sejarah tersebut dimulai dari tahun 1975.
Pada tahun tersebut terjadi peristiwa yang sangat penting, adalah pembentukan daerah taman nasional untuk pertama kalinya. Kondisi alam kawasan pada waktu itu masih sungguh asri alasannya adalah belum tersentuh oleh tangan-tangan insan.
Selanjutnya, lewat Surat Keputusan Gubernur Nomor 224 tahun 1980 bahwa kawasan Pulau Bunaken dan daerah perairannya dijadikan sebagai tempat Wisata Laut Manado atau dikenal sebagai Taman Laut Manado.
Kemudian pada tahun 1984 terjadi ekspansi kawasan Taman Laut Manado yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No. 201 tahun 1984 yang berisi pernyataan mengenai perluasan area Wisata Laut Manado dengan menyertakan Arakan-Wawontulap.
Tidak usang sesudah itu, tepatnya pada tahun 1986 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 328/Kpts-II/1986 ihwal penetapan Cagar Alam Laut Bunaken Manado Tua yang meliputi kawasan Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, dan kawasan perairan dan pesisir yang berada di sekitar Tanjung Pisok di sebelah utara Teluk Manado.
Selanjutnya pada tahun 1989, menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 444/Menhut-II/1989 tanggal 1 April 1989 perihal penetapan daerah Taman Nasional Laut Bunaken Manado Tua yang meliputi Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, area perairan dan pesisir yang berada di sekeliling Tanjong Pisok, dan Pesisir Arakan-Wawontulap.
Pengukuhan secara resmi kawasan taman nasional
ditetapkan melalui Surat Keputusan Resmi Kehutanan Nomor 739/Kpts-II/1991
tanggal 15 Oktober 1991 tentang pengukuhan untuk menetapkan status daerah
Taman Nasional Laut Bunaken Manado Tua.
Lalu pada tahun 2005 tempat Taman Nasional Bunaken secara resmi ditetapkan selaku situs warisan dunia oleh UNESCO. Kawasan ini juga sebelumnya telah ditetapkan selaku kawasan Sister Parks yang merupakan Kerjasama antara Indonesia dan Malaysia.
Kondisi Alam Taman Nasional Bunaken
1. Letak dan Topografi
Taman Nasional Bunaken secara geografis berada pada
koordinat antara 01°37’ –
01°37’ Lintang Utara dan 124°04’ – 124°48’ Bujur Utara. Sedangkan secara
administratif kawasan ini terletak di Kecamatan Wori, Kotamadya Manado,
Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di ujung bagian timur
bahari Sulawesi.
Kawasan seluas kurang lebih 89.065 hektar ini didominasi oleh wilayah perairan yang diperkirakan sekitar 97% dari total luas tersebut, sedangkan 3% sisanya ialah daerah daratan. Jarak taman nasional ini dari pusat Kota Manado adalah sekitar 18 km.
Beberapa pulau yang masuk ke dalam daerah administratif TN Bunaken antara lain Pulau Bunaken, Pulau Mantehage, Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, Pulau Nain, serta berbagai anak pulau yang ada di sekitar pulau utama tersebut. Jumlah penduduk yang menghuni daerah ini berjumlah sekitar 21.000 jiwa.
Kondisi topografi taman nasional ini cukup beragam dengan kawasan utama berupa perairan. Secara lazim topografinya yaitu datar, landai, hingga dengan curam. Pada beberapa titik juga terdapat gunung yang dinyatakan sudah tidak aktif, ialah Gunung Manado Tua.
Gunung tersebut berada pada ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan maritim dan sempurna di puncak gunung ada hutan lindung. Adapun terumbu karang yang ada di Pulau Nian dikelilingi oleh karang yang berfungsi sebagai penghalang, sedangkan di beberapa kawasan terumbu karang juga dijumpai pada tebing yang curam.
2. Iklim dan Hidrologi
Kondisi iklim di Taman Nasional Bunaken secara lazim dipengaruhi oleh iklim muson barat. Iklim ini memungkinkan untuk terjadinya angin barat dan angin laut dengan kekuatan yang tergolong besar yang disertai dengan hujan, namun masih dalam taraf yang kondusif. Biasanya angin ini berlangsung antara bulan November sampai bulan Maret.
Gelombang di laut perlahan menjadi tenang setelah
memasuki bulan April hingga bulan Oktober. Kondisi angin juga tidak terlampau
kencang dan pada rentang ini berlangsung ekspresi dominan kemarau. Meskipun begitu tempat
ini tidak mempunyai potensi tornado sekalipun kondisi arus maritim kerap mengalami
pergantian drastis.
Hal itu dikarenakan daerah perairan di taman nasional ini, terutama area teluk, sungguh dalam. Bahkan di Teluk Manado dikenali kedalaman lautnya mencapai 1.566 meter dengan keadaan air yang masih sangat jernih, sehingga sekitar 35 sampai 40 meter ke bawah masih dapat dilihat dengan mata telanjang.
Adapun curah hujan di daerah ini secara umum berada
pada kisaran antara 2.000 hingga 3.000 mm per tahun dengan kelembaban udara
yang mencapai antara 50% hingga 68% per tahunnya. Sementara suhu taman nasional
berada di kisaran 260 sampai 310 derajat Celcius.
3. Ekosistem dan Zonasi
Tipe ekosistem di Taman Nasional Bunaken ialah ekosistem laut yang meliputi wilayah terumbu karang dan padang rumput laut, ekosistem terestrial, ekosistem hutan mangrove, dan ekosistem pantai.
Sementara itu pengelolaan taman nasional ini seperti pada umumnya, yakni menerapkan metode zonasi. Diketahui ada tiga zona utama yang dipraktekkan yaitu zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lainnya. Zona inti yakni daerah pengelolaan yang dikhususkan untuk tujuan pelestarian alam serta untuk dukungan habitat flora dan fauna.
Adapun zona pemanfaatkan diatur untuk tujuan pariwisata alam yang terbagi menjadi dua, ialah zona pemanfaatan intensif dan zona pemanfaatan terbatas. Zona ini juga mempergunakan ekosisitem di kawasan, habitat, biota laut, dan masyarakatsetempat untuk menolong mempergunakan sumber daya alam.
Flora dan Fauna Taman Nasional Bunaken
TN Bunaken ialah habitat bagi satwa dan tanaman yang beragam. Namun jumlah spesies perairan maritim ialah jenis yang mendominasi dan banyak membentuk ekosistem di tempat ini.
1. Flora
Taman Nasional Bunaken mempunyai kekayaan terumbu karang yang sungguh berlimpah. Tercatat ada sekitar 390 spesies terumbu karang yang mampu didapatkan di daerah perairan Bunaken.
Area terumbu karang memiliki luas tempat kurang lebih 8.000 hektar dan terdiri atas fringing, patch reef, serta barrier dengan keadaan yang masih sangat baik. Ada juga rataan terumbu atau reef plat yang mengelilingi seluruh pulau di daerah ini, kecuali Pulau Manado Tua.
Sementara itu, pada lingkungan aquatik dijumpai lebih dari 70 genus karang yang didominasi oleh spesies Caulerpa racemosa, Halodule univervis, Thalassodendron ciliatum,Seriattopora sp., Porites sp.,Pocillopora sp., Fungia sp.,serta Herpolitha sp..
Selain itu, dapat pula ditemukan spesies mirip Galaxea sp., Echinopora sp., Pectinia sp., Lobophylia sp., Halomitra sp.,Montipora sp., Leptoria sp., Tubastrea sp., Acropora sp., Millepora sp., danTurbinaria sp.,.
Beberapa spesies alga juga hidup disini dan kebanyakan berasal dari suku Halimeda, Caulerpa, dan Padina. Sedangkan untuk spesies rumput bahari rata-rata yakni spesies Thalassia hemprichii, Thalassaodendron ciliatum, dan Enhallus acoroides. Jenis flora ini umumnya tumbuh di area sekitar terumbu karang atau perairan yang dangkal.
Pada kawasan hutan bakau jenis tumbuhan yang hidup antara lain Rhizophora sp., Sonneratia sp., Lumnitzera sp., dan Bruguiera sp.
Pada kawasan daratan, jenis tanaman yang menempati yakni spesies dari suku Arecaceae, woka, sagu, kelapa, beberapa macam palem, buah pisang, pohon mangga, dan silar.
2. Fauna
Sebagai kawasan perairan, area bahari terbuka di taman nasional ini didominasi oleh jenis fitoplankton dan zooplankton. Selain itu juga dijumpai biota akuatik seperti ikan duyung (Dugong dugon), kima raksasa (Tridacna gigas), kima pasir (Hippopus hippopus), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), serta penyu belimbing (Dermochelys coriacea).
Spesies seperti Balistoides niger., Euxiphipopsnar vacha sp.,Cypraea sp., Trochus sp., Torbus sp., Conus sp. juga mampu ditemukan di perairan Bunaken. Sedangkan untuk jenis ikan hias yang dapat ditemui antara lain ikan kakatua (Bolbometopon muricetum), Zanclus cornutus, Lucanids lethrinids,Hippocampus sp.,dan Anthias sp.
Ada pula Aulostomus chinensis, Latimeria menadoensis, Carangids, Singanids, Lutjanidae, Platycephalidae, Balistidae, Tetradontidae, Blenniidae, Caesionidae, Carangidae, Ephippidae, Haemulidae, Labridae, Mobulidae, Murenidae, Dasyatididae, Scaridae, Scorpanidae, Selachii, Sphyraenidae, Syngnathidae, dan Chaetodontidae,.
Terdapat kurang lebih 91 spesies ikan, mirip ikan kuda gusumi (Hippocampus kuda), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), goropa (Ephinephelus splitoceps dan Pseudanthias hypselosoma), ila gasi (Scolopis bilineatus), dan oci putih (Seriola rivoliana).
Beralih ke daerah hutan, daerah ini menjadi habitat spesies mirip kuskus beruang (Phalanger ursinus), kuskus kerdil Sulawesi (Strigocuscus celebensis), kera hitam Sulawesi (Macaca nigra), babi Sulawesi (Sus celebensis), tarsius (Tarsius spectrum), ular hijau (Ahaetulla prasina), dan ular bahari (Laticauda colubrina).
Selain itu, juga dapat didapatkan polecat (Ailurops ursinus), rusa (Cevus timorensisi), kadal (Mabuya multifasciata), burung camar, merpati maritim, bangau, kepiting, udang, dan berbagai jenis moluska.
Kegiatan dan
Destinasi Wisata
Sebagai kawasan yang didominasi oleh kawasan perairan, aktivitas yang paling mengesankan di Taman Nasional Bunaken yakni wisata air. Berbagai objek rekreasi secara umum tersebar di antara lima pulau utama yang ada di tempat ini.
1. Pulau Bunaken
Nama TN Bunaken diambil dari nama salah satu pulau utama, adalah pulau Bunaken. Untuk berwisata ke pulau ini mampu dituju dengan memakai speed boat atau menyewa kapal. Waktu tempuh yang diperlukan sekitar 30 menit dari Pelabuhan Kota Manado.
Ada 12 titik selam atau dive spot di sekeliling Pulau Bunaken dari total 20 titik di Taman Nasional Bunaken. Kedua belas titik ini ialah lokasi penyelaman yang paling sering dikunjungi dengan kedalaman mencapai lebih dari seribu meter di bawah permukaan maritim.
Kedua belas dive spot tersebut berjulukan lekukan 1, lekukan 2, lekukan 3, Mandolin, Tanjung Parigi, Mandolin, Sachiko Point, Muka Kampung, Ron’s Point, Pangalisang, serta Bunaken Timur.
2. Pulau Manado Tua
Untuk meraih Pulau Manado Tua, pengunjung dapat menggunakan kapal motor dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Pulau ini sedikit berlawanan dengan keempat pulau yang lain yang berada di kawasan Taman Nasional Bunaken, sebab eksistensi gunung api yang ditumbuhi pepohonan hijau yang rindang.
Salah satu pesona dari pulau ini berkaitan dengan Suku Bowontehu yang dimengerti menghuni kawasan ini pada tahun 1623 silam. Ketika pulau ini masih dihuni oleh Suku Bowontehu, namanya diketahui selaku Pulau Manarow yang diambil dari nama orang Etnis Sangir Tua.
Pulau Manado Tua mempunyai populasi penduduk sekitar 3.200 jiwa yang kebanyakan berprofesi selaku nelayan dan petani. Disini, pengunjung bisa mengenal budaya masyarakatlokal lebih akrab dan tentu saja menggali perihal sejarah Suku Bowontehu.
Di sekitar pulau ini ada tiga titik penyelaman yang terkenal, yaitu Buwalo, Tanjung Kopi, dan Pangalingan Negeri. Pengunjung juga bisa berpangku tangan di pantai berpasir putih atau melaksanakan pendakian menuju puncak gunung.
3. Pulau Nain
Sama seperti beberapa pulau utama lainnya, Pulau Nain juga termasuk ke dalam segitiga terumbu karang yang ada di Taman Nasional Bunaken. Pulau ini masuk ke dalam daerah Kecamatan Wori, Minahasa.
Untuk menuju Pulai Nain, wisatawan bisa memakai angkutanberupa bahtera motor atau speed boat dengan waktu tempuh sekitar satu setengah jam. Selain itu, hadirin juga bisa menaiki perahu motor kecil, namun waktu yang diharapkan lebih usang atau sekitar dua setengah jam.
Salah satu daya tarik dari Pulau Nain yakni warna pasir pantainya yang putih dan sangat bersih karena diatur dengan baik. Pantai ini berpadu dengan pesona laut dengan air berwarna biru kehujauan yang begitu jernih, sehingga pengunjung dapat melihat terumbu karang yang ada di bawahnya tanpa harus menyelam.
Pulau Nain populer sebagai pulau dengan pasir muncul. Pasir timbul yaitu pasir yang berada di atas permukaan maritim dan akan terlihat dikala air laut surut dan tersebar secara acar di beberapa titik, sehingga hadirin yang mengunjungi pasir muncul juga akan tampak berpencar-pencar.
Pengunjung yang ingin menikmati keindahan pasir timbul ini mesti mencatat waktunya baik-baik. Karena pasir ini cuma akan timbul dikala air laut surut ketika terang bulan dan waktunya juga sangat terbatas. Pasalnya jika hari sudah menjelang sore, air akan mulai pasang dan pasir muncul tidak terlihat lagi.
Pulau ini juga ialah pulau yang dihuni oleh Suku Bajo. Suku ini pula yang menjadi argumentasi mengapa kawasan ini begitu bersih dan tersadar. Sebab, Suku Bajo sungguh populer dengan kehidupannya yang selaras dengan dan sungguh mengamati kelestarian alam sekitar.
Bagi pengunjung tidak sempat menikmati daya tarik pasir timbul, masih ada aktivitas lain yang juga mampu dilakukan di Pulau Nain, yakni menyelam. Ada dua titik penyelaman di sekitar pulau ini, yaitu Batu Kapal dan Jalur Air.
4. Pulau Mantehage
Pulau Mantehage juga memiliki pesona dan daya tariknya mirip pulau-pulau wilayah Bunaken lainnya. Mantehage ialah pulau terluar dari tempat Taman Nasional Bunaken dengan waktu tempuh setidaknya satu setengah jam menggunakan speed boat. Kondisi pulau ini relatif datar dan landai, sehingga sedikit berbeda dengan pulau lainnya.
Daya tarik utama selain kawasan perairan yakni eksistensi hutan bakau. Luas dari areal hutan bakau tersebut nyaris sama dengan wilayah daratannya.
Pengunjung mampu menyewa kapal untuk menyusuri hutan bakau. Biasanya waktu paling manis untuk melakukan wisata hutan bakau yakni dikala menjelang sore hari. Selain menikmati formasi hutan bakau, pengunjung juga bisa menyaksikan daya tarik dari matahari tenggelam alias sunset.
Ketika menyusuri hutan bakau, hadirin juga sesekali akan berjumpa dengan aneka burung eksotis, seperti pekaka bua-bua dan raja udang yang diketahui dengan bunyi khasnya. Selain itu, juga akan ditemui satwa seperti kuskus dan hewan unik tarsius yang diketahui pemalu, sehingga baru aktif di malam hari.
Selain keindahan alam, Pulau Mantehage juga populer akan salah satu kuliner khas Manado yakni minuman Cap Tikus. Cap Tikus sendiri merupakan minuman tradisional dari Minahasa dengan kandungan alkohol. Bahan utama pembuatannya ialah getah pohon aren atau lebih diketahui dengan nira yang kemudian disuling selama beberapa jam.
Meskipun ada kontroversi yang ditimbulkan dari minuman Cap Tikus, tetapi hal ini menarik perhatian pengunjung untuk mencicipi minuman khas satu ini.
Kegiatan terakhir yang wajib dilakukan di Pulau Mantehage adalah menyelam. Pesona alam bawah bahari di perairan pulau ini juga dijamin dapat menciptakan mata menjadi kagum. Ada dua titik selam di tempat ini, yakni Bango dan Tangkasi.
5. Pulau Siladen
Pulau Siladen ialah pulau yang berada di bab timur Taman Nasional Bunaken dengan luas kurang lebih 31,25 hektar. Perjalanan yang diharapkan untuk meraih pulau ini yakni sekitar 45 menit bila menggunakan kapal motor atau speed boat.
Pengunjung bisa menentukan dua opsi perjalanan, yakni memakai transportasi perahu yang cuma beroperasi satu kali dalam sehari, sehingga pengunjung mesti bermalam di pulau ini. Opsi kedua adalah menggunakan speed boat bila tidak ingin bermalam. Meskipun begitu di pulau ini cukup banyak penginapan mewah.
Salah satu yang populer dari Pulau Siladen yakni kondisinya yang sangat damai dan damai meski mempunyai banyak penginapan. Jadi hadirin yang ingin menenangkan diri dari penatnya hiruk pikuk di kota sebaiknya mampu berkunjung ke pulau ini.
Beberapa akomodasi yang mampu dicicipi di pulau ini yakni bahtera beling atau dikenal dengan katamaran yang dapat digunakan untuk mengelilingi taman maritim, diving center, dan berbagai kawasan makan.
Kegiatan yang paling diminati oleh hadirin taman nasional ialah berjemur di pantai. Hal ini sesuai dengan pamor Pulau Siladen dengan pantai yang begitu menawan. Hamparan pantai tersebut berwarna putih dan sangat luas, bahkan area daratannya lebih didominasi oleh kawasan pantai.
Selain itu, di pulau ini terdapat dua titik selam yang disebut selaku Siladen 1 dan Siladen 2. Wilayah perairan pulau ini juga diketahui sangat cocok untuk melakukan aktivitas snorkeling baik untuk pengunjung yang telah terlatih maupun tidak. Kegiatan berfoto di bawah laut juga menjadi favorit pengunjung.
Belum ada Komentar untuk "Taman Nasional Bunaken – Pesona Kawasan Konservasi Bahari"
Posting Komentar