10++ Busana Akhlak Betawi – Akulturasi Tradisi & Budaya, Gambar + Penjelasan
Pakaian Adat Betawi – Suku Betawi lazimnya ialah penduduk yang tinggal di kota Jakarta, Bogor, dan sekitarnya. Etnis ini ialah hasil perkawinan antar etnis. Kebudayaan Betawi lahir dari percampuran berbagai macam etnis dan suku yang ada di Indonesia.
Umumnya Suku Betawi adalah keturunan dari penduduk Batavia dari kala kolonial penjajahan Belanda. Pada saat itu, terjadi banyak perkawinan campur antara penduduk orisinil dengan pendatang.
Pendatang yang dimaksud yaitu pribumi dari aneka macam wilayah di nusantara, contohnya Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan lain-lain. Namun alasannya adalah kemajuan Batavia sebagai pusat perdagangan dan ekonomi, maka banyak pula pendatang yang berasal dari negeri lain, contohnya Arab, Portugis, Tionghoa, India, dan Belanda.
Oleh sebab percampuran banyak sekali etnis, ras, dan suku itulah maka Suku Betawi memiliki tradisi dan ciri khas turun-temurun yang ialah gabungan dari beberapa kebudayaan. Hal ini mampu dilihat dari segi fisik, tradisi, kesenian, masakan, hingga busana adatnya.
Pakaian Adat Pria Betawi
Pakaian budpekerti Betawi termasuk praktis dan sederhana. Baju tradisional Betawi tidak mengenakan banyak aksesoris berupa embel-embel yang menonjol .
Pakaian tradisional pria Betawi yang dikenakan sehari-hari lazimnya terdiri dari baju koko, celana gombrang, selendang, peci, dan ikat pinggang. Ketika mengenakan baju akhlak sehari-hari, para laki-laki Betawi umumnya mengenakan alas kaki berupa sandal.
1. Pakaian Sadariah
Sadariah yakni baju atasan yang sering dipakai laki-laki Betawi untuk kebutuhan harian. Modelnya nyaris sama dengan baju koko, yakni berlengan panjang dan mempunyai model kerah cheongsam. Baju Sadariah merupakan bentuk busana gabungan dari budaya Arab dan China.
Jika baju koko kebanyakan berwarna variatif, pakaian Sadariah cuma terdiri dari 1 warna, adalah putih. Selain itu, pakaian Sadariah polos tanpa motif apapun. Ternyata ada syaratnya biar bisa mengenakan pakaian Sadariah, ialah seorang laki-laki harus sudah memasuki usia remaja dan mampu diundang dengan istilah “abang”.
2. Celana Batik Gombrang
Untuk pemakaian sehari-hari, laki-laki Betawi biasa mengenakan celana gombrang dengan motif batik. Celana ini lazimnya dilengkapi dengan karet pada bab pinggangnya, sehingga lebih nyaman digunakan untuk melakukan kegiatan harian.
Umumnya panjang celana yang dikenakan yaitu model tanggung, yakni di bawah lutut atau sepanjang betis. Namun ada juga yang menyukai model celana panjang. Motif batik yang diseleksi condong tidak mencolok, umumnya berwarna kalem, seperti coklat, hitam, atau putih.
3. Selendang
Ada pula masyarakat Betawi yang menyebutnya sebagai Sorban. Namun, Selendang yang dimaksud bukan kain tipis yang biasa dikenakan wanita. Sorban Betawi juga bukan kain untuk penutup kepala, melainkan istilah Selendang dan Sorban dalam pakaian adab laki-laki Betawi adalah sarung.
Sarung dikenakan dengan cara dilipat dan disampirkan di leher, dengan kedua segi menggantung di kanan dan kiri dada. Motifnya lazimnya kotak-kotak, mirip motif sarung kebanyakan. Warna yang digunakan pun bermacam-macam, tergantung selera si pemakai.
4. Peci
Pria Betawi juga menyertakan beberapa aksesoris, salah satunya adalah peci atau kopyah sebagai penutup kepala. Peci khas Betawi yang dibuat dari materi beludru dengan warna merah atau hitam.
5. Ikat Pinggang
Beberapa pria Betawi kerap memakai ikat pinggang dalam penampilan mereka, walau ada juga yang tidak mengenakannya. Ikat pinggang khas laki-laki Betawi umumnya berwarna hijau, ada juga yang berwarna hitam.
Fungsinya cuma sebagai aksesoris dan biasa dikenakan di luar busana Sadariah. Ikat pinggang ini lazimdikenakan di luar kaos putih, kemudian ditambah dengan busana luaran yang bab depannya terbuka.
Pakaian Adat Wanita Betawi
Sama mirip busana budpekerti laki-laki, baju etika wanita Betawi yang umum dikenakan sehari-hari biasanya bermodel simpel. Hanya saja kaum wanita Betawi menggunakan warna yang lebih menonjol dibandingkan baju kaum laki-laki.
Pada umumnya, busana budbahasa wanita Betawi terdiri dari kebaya encim atau baju kurung, kain sarung, dan kerudung.
1. Baju Kurung
Baju Kurung yaitu pakain yang berasal dari imbas budaya Melayu. Wanita Betawi juga sering mengenakan baju kurung dalam acara sehari-hari. Modelnya longgar dan tidak memberikan lekuk tubuh. Panjang lengannya beragam, mampu sepanjang siku ataupun panjang menutupi seluruh bagian lengan. Warna yang dipilih biasanya warna-warna cerah.
Saat ini, baju kurung sudah meningkat dimodifikasi. Ada yang menyertakan sulaman atau bordiran untuk dekorasi, ada pula yang menambahkan saku di bab depan.
2. Kebaya Encim
Kebaya Encim merupakan salah satu ikon miliki Betawi. Usianya sudah melebihi 500 tahun. Dulunya kebaya ini hanya dikenakan oleh wanita keturunan Tionghoa yang ada di Batavia. Oleh alasannya adalah itu disebut dengan “Encim” yang berasal dari bahasa Hokkien, bermakna “bibi”.
Namun ternyata sebelum banyak dikenakan oleh wanita Tionghoa, jenis pakaian ini telah lebih dulu dikenakan oleh perempuan Eropa. Berawal dari pakaian khas wanita Eropa yang modelnya diubahsuaikan dengan iklim tropis Hindia Belanda.
Kebaya Encim yang kita kenal sekarang memang lebih bersahabat dengan busana yang sering dikenakan oleh keturunan Tionghoa. Terutama dengan adanya sulaman bermotif bunga di bagian pinggirnya. Walau dulunya Kebaya Encim hanya bisa dikenakan oleh kelompok atas alasannya harganya yang cukup tinggi, namun dikala ini Kebaya Encim mampu dipakai oleh siapapun.
3. Kain Sarung
Kain sarung dengan motif khas Betawi biasa dipakai para wanita untuk bawahan. Warnanya umumnya disesuaikan dengan warna baju kurung atau kebaya encim. Oleh karena itu, pada umumnya sarung yang dipilih juga berwarna cerah, mirip kuning, hijau, oranye, dan lain-lain.
4. Kerudung
Untuk aksesoris, perempuan Betawi biasa memakai kerudung untuk penutup kepala. Kerudung lazimnya terbuat dari kain mirip selendang. Cara memakainya sangat simpel, cukup disampirkan di kepala, kemudian hubungkan kedua sisinya dengan cara menyematkan bros atau peniti agar tidak gampang lepas.
Pemakaian kerudung ala Betawi ini dibiarkan longgar. Warna kerudung yang diseleksi acap kali kontras dengan warna atasan, tetapi tetap selaras. Misalnya atasan warna biru, kerudung yang dipilih adalah warna merah muda. Atasan berwarna hijau, kerudungnya berwarna oranye. Meski kontras, namun perpaduannya tetap terlihat anggun.
Baju Ujung Serong – Pakaian Adat Resmi Betawi
Untuk program resmi, Betawi mempunyai jenis pakaiannya sendiri yang dinamakan Baju Ujung Serong. Dulunya Baju Ujung Serong hanya mampu dikenakan oleh kaum darah biru, namun saat ini telah tidak lagi dan mampu dikenakan oleh penduduk umum.
Untuk laki-laki, atasannya menggunakan Baju Demang yang lazimnya berwarna hitam, celana hitam, sarung motif Betawi yang dililitkan di pinggang, dan bagian kepala mengenakan kopiah.
Aksesoris lain yang dikenakan berupa senjata badik yang disematkan di pinggang dan jam rantai berwarna emas yang dikenakan di saku bab dada. Saat mengenakan busana akhlak resmi Betawi, kaum laki-laki biasanya mengenakan sepatu pantofel.
Untuk perempuan kelengkapannya tidak jauh berbeda dengan busana sehari-hari, adalah baju kurung atau Kebaya Encim, kain sarung, dan kerudung. Hanya saja baju akhlak Betawi resmi untuk perempuan yang dibuat dari materi yang lebih berkualitas. Detil pada busana juga lebih elok, misalnya sulaman pada kebaya dan juga warna kain sarungnya.
Belum ada Komentar untuk "10++ Busana Akhlak Betawi – Akulturasi Tradisi & Budaya, Gambar + Penjelasan"
Posting Komentar